Selasa, 20 September 2011

Bamboo in Balinese Life


Bamboo, called tiing by Balinese is an indispensable part of Balinese culture. In Bali bamboo is not grown within the house compound. Balinese believe that if the bamboo sprouts by itself within a house compound it is allowed to remain, but its growth is discouraged by indirect means. Such is the magic bamboo that only old people may tackle the dangerous job of digging it out and only in certain days that work concerning bamboo may be safely undertaken. But the Balinese life and culture would have develop along different lines had bamboo not existed on the island.

Senin, 12 September 2011

Seni Kerajinan Bali

Bergelut di bidang seni ternyata tak hanya semata berputar di sekitar rasa puas melakukan persembahan. Secara pasti seni rupa dan kriya menjadi seni terapan yang akhirnya dibutuhkan oleh masyarakat dan juga oleh wisatawan sebagai cinderamata. Kerajinan anyaman, ukiran dan pahatan kian lama semakin menjadi kebutuhan dalam keseharian masyarakat Hindu di Bali. Sokasi dufang, bokor, gerabah, dan juga berbagai perlengkapan upacara lainnya kini menjadi ladang penghidupan bagi sebagian masyarakat Bali.
Di sisi lain, kreasi dan pengembangan barang-barang seni tersebut ternyata amat diminati oleh wisatawan yang datang ke Bali. Kerajinan emas, perak, patung dan ukiran kayu bahkan sejak lama sudah mampu menembus pasar internasional. Dengan sentuhan artistik Bali, berbagai jenis barang seni dan barang kerajinan memang mampu memberi peluang peningkatan perekonomian masyarakat Bali

Selasa, 06 September 2011

Desa Wisata dan Kerajinan Batubulan

          Kabupaten Gianyar merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Pulau Bali yang memiliki daya tarik kesenian yang unik. Satu di antara sentra kesenian di kabupaten ini terletak di Desa Wisata Batubulan yang mempunyai pusat-pusat kesenian patung dan ukiran yang cukup kondang di kalangan turis domestik maupun mancanegara. Desa wisata ini juga dikenal sebagai tempat penyelenggaraan berbagai seni pertunjukan khas Bali, seperti Tari Kecak, Tari Barong, serta Tari Legong.

           Asal-muasal Batubulan, konon, bermula dari cerita Dewa Agung Kalesan, seorang anak angkat Raja Badung yang setelah dewasa diberi kemurahan oleh Raja Badung untuk mendirikan istana di tengah hutan. Bersama para pengikutnya, Dewa Agung Kalesan kemudian berangkat menuju hutan di bagian timur Kerajaan Badung. Sesampainya di perbatasan hutan, Dewa Agung Kalesan melihat sebuah batu yang bercahaya seperti bulan. Tempat ini kemudian dinamakan batubulan, dan di tempat tersebut Dewa Agung Kalesan membangun istananya.
       Desa dengan luas sekitar 6.422 kilometer persegi ini merupakan desa yang unik karena sebagian besar penduduknya memiliki keahlian membuat patung dan ukiran. Kemampuan tersebut diwariskan secara turun temurun dan tetap berkembang hingga sekarang. Oleh karena pesatnya keahlian penduduk desa ini, maka di sepanjang jalan yang membelah Desa Batubulan terdapat berbagai galeri dan toko kesenian (art shop) yang menjual karya seni maupun kerajinan.

      Wisatawan yang mengunjungi Pulau Bali kerap mengasosiasikan Desa Batubulan sebagai penghasil benda-benda seni patung dengan bahan dasar batu. Anggapan ini tentu tidak keliru, karena di desa ini wisatawan dapat dengan mudah menjumpai galeri dan art shop yang memajang beraneka patung, seperti Ganesha, Buddha, para dewa dan dewi, para pahlawan, serta bentuk-bentuk patung lainnya yang lebih modern. Tak hanya itu, di desa ini juga banyak para pengrajin ukir-ukiran dari kayu serta kerajinan-kerajinan dari bambu. Selain dijual di tempat, hasil karya masyarakat Desa Batubulan itu telah diekspor ke berbagai negara sebagai hiasan pelengkap taman, kantor, serta hotel.

sumber : wisata bali