Selasa, 29 Mei 2012

Makanan Khas Bali yang Tiada Duanya

Berbicara tentang masakan Bali, Orang lebih mengenal Betutu yaitu masakan khas Bali yang terbuat dari Ayam dengan taburan bumbu pedas. Atau bagi yang boleh memakan Babi, nasi be guling sudah tidak asing lagi jika berkunjung ke Bali karena ini adalah andalan masakan Bali sehingga jika anda main ke Bali pasti menemui warung makan be guling yang begitu banyaknya sehingga anda akan kebingungan dalam memilih warung yang memiliki masakan nasi be guling yang anda rasa enak. Mumpung sedang ngomongin makanan, saya ingin memberitahu saja 4 jenis makanan Bali yang mungkin terlewatkan karena tidak terlalu terkenal namun jangan meremehkan kenikmatannya.
Sambel dan Jukut Undis
Saya tidak tahu apakah di daerah selain Bali mengenal sayuran bernama “Undis”, yang pasti sayuran mirip kacang polong ini sangat popular di Bali. Biasanya “Undis” dibuat dengan cara direbus dengan berbagai rempah menjadi sayur undis kuah dengan kuah yang tentunya berwarna kehitam-hitaman namun kuah inilah yang saya sangat idolakan karena aroma dan tentu rasanya. Selain itu undis bisa dibuat sambal tentunya dengan sebutan sambal undis. Yang saya sempat amati campurannya adalah cabe, terasi, undis yang masih muda (bijinya berwarna hijau), beserta beberapa rempah lainnya. Rasanya? Wow, saya bisa 4 kali makan hanya dengan menyantap sambal undis ditemani sayur undis berkuah, berbeda dengan makan bento Jepang yang sekali saja saya gak akan mau nambah lagi (kapok uang dan kapok rasa). Sayang, ketika saya berlibur di Bali, undis muda jarang ditemukan sehingga hilang juga asa saya untuk menyantap sambal undis kesukaan saya.
Sudang
Memang namanya terasa asing di telinga tapi sebenarnya yang dimaksud dengan sudang adalah ikan yang diiris tipis lalu diasinkan. Sensasinya adalah ketika sudang digoreng lalu ditemani sambal lalah (pedas) ala Bali, waw, renyahnya menandingi ayam sang jendral. Sudang adalah salah satu makanan Khas Bali yang sepengetahuan saya berasal dari Buleleng (daerah asal saya). Sama ganasnya seperti makan undis, ketika ditemani makan oleh sudang dan sambal lalah, saya bisa menghabiskan 4 sudang dalam sekali makan sampai-sampai Ibu saya kadang memarahi saya karena hanya menyisakan sedikit untuk bapak dan 2 adik saya. Ada kesukaan saya yang kata ibu membuat saya mungkin jadi orang kaya yaitu makan sudang ditemani sambal minyak(campuran minyak, garam, plus cabe). Ya memang, kalau itu saja yang saya makan tiap hari di Jakarta,  uang yang ditabung akan sangat banyak mengingat dengan 1 ayam jendral saya bisa menukarnya dengan beberapa sudang, hahaha.

Blayag
Ini adalah makanan asli dari Buleleng (lagi) tepatnya di Singaraja. Makanan ini mirip ketupat namun bumbunya bukan kacang. Saya sendiri tidak tahu apa bahan dasar dari bumbunya, saya hanya tahu blayag terdiri dari urab sayur, kacang kedelai, dan gorengan ayam yang nanti semua bahan tadi dicampur menjadi satu dengan bumbu blayag. Ketika disantap maka sensasinya benar-benar memanjakan lidah, saya terutama paling suka rasa gorengan ayam yang begitu renyah. Biasanya saya memakan gorengan ayamnya paling terakhir dan menyisakan bumbunya banyak-banyak untuk memakannya bersama gorengan tadi. Dulu ketika saya masih SD, saya sering menunggu dagang blayag keliling yang biasanya akan mampir ke rumah. Keluarga saya akan berkumpul lalu membeli blayag untuk tiap orang yang sedang ada di rumah. Sekarang dagang Blayag bisa dijumpai hampir di seluruh kota Singaraja, namun rasa blayag yang tidak akan saya lupakan adalah dagang Blayag keliling yang dulu selalu saya tunggu dan berasal dari desa Penglatan dekat rumah saya.

Rujak Cuka
Ketika mendengar kata rujak, pikiran anda akan terbang ke irisan buah yang anda makan dengan  bumbu kacang. Tidak dengan saya, karena rujak Bali terutama rujak cuka bukan seperti yang tadi saya bilang. Semenjak di Jakarta saya baru tahu bahwa bumbu rujak yang dimaksud adalah kacang yang dicampur dengan gula aren, terasi, plus cabe. Sangat berbeda dengan rujak cuka yang saya kenal. Saya tidak begitu tahu apakah rujak cuka berasal dari Buleleng atau tidak, namun sewaktu saya memperkenalkannya kepada teman-teman saya yang berasal dari Tabanan, hampir semua tidak mengetahui rujak jenis ini dan hampir semua mengatakan rasa rujak ini “luar biasa” ketika mencobany. Rujak cuka tidaklah berbumbu kacang tetapi campuran dari terasi, cabe, cuka, gula aren, yang diulek sedimikan rupa lalu dicampur dengan berbagai macam buah seperti pepaya mengkel, ubi, jambu air, dan mentimun. Cara memotong buahnya (biasanya papaya dan ubi) tidak biasa namun dengan 2 cara yaitu “gobed” dan “cacah”. Gobed merujuk pada istilah mengiris buah sangat tipis dengan bantuan alat gobed sedangkan cacah yaitu memotongnya menjadi bentuk kubus, unik bukan? Segar dan pedas akan anda rasakan ketika memakan rujak cuka ini  karena anda merasakan cabe dan cuka dalam waktu yang bersamaan. Di dekat rumah saya terdapat dagang rujak cuka yang menurut saya menjual rujak dengan harga fantastis, hanya Rp.1000. Bento Jepang mungkin bisa ditukar 15 rujak cuka jika dilihat nilainya. Belakangan, saya menemukan makanan yang memiliki kemiripan dengan rujak cuka ini di luar pulau Bali bernama “asinan Bogor”
 

Sumber : kompasiana.com

Banyak juga berbagai macam kerajinan yang menarik di bali,
silahkan dilihat di http://www.kerajinan-bali.com

Minggu, 27 Mei 2012

Subak Sebagai Warisan Dunia Perlu Dukungan

DENPASAR, KOMPAS.com--Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Ketut Suastika mengatakan penetapan sistem budaya subak oleh Unesco menjadi Warisan Budaya Dunia memerlukan dukungan pelestarian lahan pertanian dari semua pihak agar tetap berkelanjutan.

"Dengan pengakuan ini, memang sebagai daerah pariwisata akan menambah daya tarik daerah kita, hanya saja sekaligus menjadi tantangan untuk pelestarian lahan subak itu sendiri melalui regulasi dan dukungan masyarakat," katanya, di Denpasar, Senin.

Suastika menyampaikan informasi penetapan "Bali Cultural Landscape Subak System" menjadi warisan budaya dunia (WBD) oleh lembaga pendidikan dan kebudayaan dunia (Unesco) sudah diterimanya pada Minggu (20/5) melalui pesan singkat dari Pelaksana Tugas Dirjen Sejarah dan Purbakala Kemendikbud Prof Dr I Gede Pitana.



"Peresmian penetapannya sekitar tanggal 20-24 Juni 2012 dalam sidang Unesco yang akan diadakan di St Petersburg, Rusia," ujarnya.

Ia menegaskan penetapan sistem subak menjadi WBD bukan hanya untuk kawasan Jatiluwih (Catur Angga Batukaru) Tabanan, melainkan satu kesatuan dengan tiga kawasan lainnya di Bali yang dinominasikan ke Unesco yakni Pura Ulundanu Batur beserta Danau Batur (Kabupaten Bangli), DAS Pakerisan dengan beberapa pura di sekitarnnya (Kabupaten Gianyar), dan Pura Taman Ayun (Kabupaten Badung).

"Penetapan menjadi WBD, hal itu otomatis Unesco akan mendorong kita agar senantiasa melestarikan lahan pertanian sehingga subak tetap berkelanjutan," ujarnya.

Oleh karena itu, baik pemerintah, kalangan swasta dan masyarakat harus komit untuk pengembangannya sehingga benar-benar memperhatikan aspek budaya lingkungan.

Terkait dengan tantangan terjadinya alih fungsi lahan pertanian, Suastika mengharapkan ada langkah strategis dan terintegrasi dengan berbagai sektor, termasuk sektor pariwisata.

Sumber : Kompas.com

Jumat, 25 Mei 2012

Kerajinan Tikar Pandan

Salah satu potensi yang ada di Pulau Koloray, yaitu pengrajin tikar. Ada lebih dari sepuluh keluarga di pulau ini yang menekuni kerajinan tikar. keahlian membuat tikar tersebut sudah dilakukan turun temurun dari nenek moyang masyarakat setempat untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Selain itu tikar oleh masyarakat setempat juga sebagai salah satu syarat yang harus disediakan oleh pihak pengantin wanita dalam acara pernikahan adat di daerah Kabupaten Morotai. Unik memang!.


Merupakan keterampilan yang sudah diwariskan turun temurun antar generasi di Halmahera Utara. Sebelum dianyam, daun pandan, dibuang dulu durinya, dipotong secara melingkar lalu direbus dan dijemur. Setelah menghasilkan helaian daun yang sudah lemas dan siap dianyam, dedaunan tersebut diiris menggunakan sebuah pisau khusus. Saat lembarannya semakin tipis, baru dimasak dengan memberi zat pewarna. Tujuannya, agar tikar atau anyaman lebih bermotif.

Alat-alat yang digunakan sangat sederhana, yaitu pisau, sigi-sigi berfungsi untuk meluruskan daun, garis-garis berfungsi untuk memotong daun menjadi ukuran kecil dengan ukuran yang sama. tikar tersebut dibuat dari bahan baku yang diambil dari tumbuhan sejenis pandan yang banyak hidup di Pulau tersebut yang disebut buro-buro oleh masyarakat setempat.

Bahan baku tersebut kemudian diolah secara tradisional oleh pengrajin, mulai dari proses membuang duri-duri yang ada di daun pandan, memotongnya menjadi kecil, mengeringkannya, dan memberikan pewarna pada daun kering tersebut dan mengeringkannya kembali di tempat yang teduh agar warnanya tidak luntur. Setelah itu proses penganyaman tikar pun dilakukan. tikar yang dibuat terdiri dari dua lapis. Lapisan atas tikar berwarna-warni dengan corak yang menarik. Sedangkan lapisan bawah tikar berwarna putih gading dengan corak sederhana bergaris merah. Kedua lapisan tersebut nantinya akan digabungkan menjadi sebuah tikar yang nyaman dan cantik

Sumber :sailmorotai2012
Ingin melihat berbagai jenis kerajinan yang unik menarik
menggunakan material Pandan ???
Kunjungi http://www.kerajinan-bali.com