Berbicara tentang masakan Bali, Orang lebih mengenal Betutu yaitu
masakan khas Bali yang terbuat dari Ayam dengan taburan bumbu pedas.
Atau bagi yang boleh memakan Babi, nasi be guling sudah tidak asing lagi
jika berkunjung ke Bali karena ini adalah andalan masakan Bali sehingga
jika anda main ke Bali pasti menemui warung makan be guling yang begitu
banyaknya sehingga anda akan kebingungan dalam memilih warung yang
memiliki masakan nasi be guling yang anda rasa enak. Mumpung sedang
ngomongin makanan, saya ingin memberitahu saja 4 jenis makanan Bali yang
mungkin terlewatkan karena tidak terlalu terkenal namun jangan
meremehkan kenikmatannya.
Sambel dan Jukut Undis
Saya tidak tahu apakah di daerah selain Bali mengenal sayuran bernama
“Undis”, yang pasti sayuran mirip kacang polong ini sangat popular di
Bali. Biasanya “Undis” dibuat dengan cara direbus dengan berbagai rempah
menjadi sayur undis kuah dengan kuah yang tentunya berwarna
kehitam-hitaman namun kuah inilah yang saya sangat idolakan karena aroma
dan tentu rasanya. Selain itu undis bisa dibuat sambal tentunya dengan
sebutan sambal undis. Yang saya sempat amati campurannya adalah cabe,
terasi, undis yang masih muda (bijinya berwarna hijau), beserta beberapa
rempah lainnya. Rasanya? Wow, saya bisa 4 kali makan hanya dengan
menyantap sambal undis ditemani sayur undis berkuah, berbeda dengan
makan bento Jepang yang sekali saja saya gak akan mau nambah lagi (kapok
uang dan kapok rasa). Sayang, ketika saya berlibur di Bali, undis muda
jarang ditemukan sehingga hilang juga asa saya untuk menyantap sambal
undis kesukaan saya.
Sudang
Memang namanya terasa asing di telinga tapi sebenarnya yang dimaksud
dengan sudang adalah ikan yang diiris tipis lalu diasinkan. Sensasinya
adalah ketika sudang digoreng lalu ditemani sambal lalah (pedas) ala
Bali, waw, renyahnya menandingi ayam sang jendral. Sudang adalah salah
satu makanan Khas Bali yang sepengetahuan saya berasal dari Buleleng
(daerah asal saya). Sama ganasnya seperti makan undis, ketika ditemani
makan oleh sudang dan sambal lalah, saya bisa menghabiskan 4 sudang
dalam sekali makan sampai-sampai Ibu saya kadang memarahi saya karena
hanya menyisakan sedikit untuk bapak dan 2 adik saya. Ada kesukaan saya
yang kata ibu membuat saya mungkin jadi orang kaya yaitu makan sudang
ditemani sambal minyak(campuran minyak, garam, plus cabe). Ya memang,
kalau itu saja yang saya makan tiap hari di Jakarta, uang yang ditabung
akan sangat banyak mengingat dengan 1 ayam jendral saya bisa menukarnya
dengan beberapa sudang, hahaha.
Blayag
Ini adalah makanan asli dari Buleleng (lagi) tepatnya di Singaraja.
Makanan ini mirip ketupat namun bumbunya bukan kacang. Saya sendiri
tidak tahu apa bahan dasar dari bumbunya, saya hanya tahu blayag terdiri
dari urab sayur, kacang kedelai, dan gorengan ayam yang nanti semua
bahan tadi dicampur menjadi satu dengan bumbu blayag. Ketika disantap
maka sensasinya benar-benar memanjakan lidah, saya terutama paling suka
rasa gorengan ayam yang begitu renyah. Biasanya saya memakan gorengan
ayamnya paling terakhir dan menyisakan bumbunya banyak-banyak untuk
memakannya bersama gorengan tadi. Dulu ketika saya masih SD, saya sering
menunggu dagang blayag keliling yang biasanya akan mampir ke rumah.
Keluarga saya akan berkumpul lalu membeli blayag untuk tiap orang yang
sedang ada di rumah. Sekarang dagang Blayag bisa dijumpai hampir di
seluruh kota Singaraja, namun rasa blayag yang tidak akan saya lupakan
adalah dagang Blayag keliling yang dulu selalu saya tunggu dan berasal
dari desa Penglatan dekat rumah saya.
Rujak Cuka
Ketika mendengar kata rujak, pikiran anda akan terbang ke irisan buah
yang anda makan dengan bumbu kacang. Tidak dengan saya, karena rujak
Bali terutama rujak cuka bukan seperti yang tadi saya bilang. Semenjak
di Jakarta saya baru tahu bahwa bumbu rujak yang dimaksud adalah kacang
yang dicampur dengan gula aren, terasi, plus cabe. Sangat berbeda dengan
rujak cuka yang saya kenal. Saya tidak begitu tahu apakah rujak cuka
berasal dari Buleleng atau tidak, namun sewaktu saya memperkenalkannya
kepada teman-teman saya yang berasal dari Tabanan, hampir semua tidak
mengetahui rujak jenis ini dan hampir semua mengatakan rasa rujak ini
“luar biasa” ketika mencobany. Rujak cuka tidaklah berbumbu kacang
tetapi campuran dari terasi, cabe, cuka, gula aren, yang diulek
sedimikan rupa lalu dicampur dengan berbagai macam buah seperti pepaya
mengkel, ubi, jambu air, dan mentimun. Cara memotong buahnya (biasanya
papaya dan ubi) tidak biasa namun dengan 2 cara yaitu “gobed” dan
“cacah”. Gobed merujuk pada istilah mengiris buah sangat tipis dengan
bantuan alat gobed sedangkan cacah yaitu memotongnya menjadi bentuk
kubus, unik bukan? Segar dan pedas akan anda rasakan ketika memakan
rujak cuka ini karena anda merasakan cabe dan cuka dalam waktu yang
bersamaan. Di dekat rumah saya terdapat dagang rujak cuka yang menurut
saya menjual rujak dengan harga fantastis, hanya Rp.1000. Bento Jepang
mungkin bisa ditukar 15 rujak cuka jika dilihat nilainya. Belakangan,
saya menemukan makanan yang memiliki kemiripan dengan rujak cuka ini di
luar pulau Bali bernama “asinan Bogor”
Sumber : kompasiana.com
Banyak juga berbagai macam kerajinan yang menarik di bali,